Kamis, 30 Mei 2013

Belajar & Bersyukur, Padahal Bersedih

           Dalam setiap detik di hidup seharusnya kita bisa belajar, belajar mengenai makna kehidupan. Nggak cukup hanya belajar, tapi kita dituntut untuk melanjutkannya hingga bersyukur, setidaknya bersyukur tentang apapun yang telah dilewati dan bersyukur pernah ada di saat itu.  Topik kali ini agak berat, padahal saya baru saja memulai kembali tulisan ini. Mungkin karena beberapa hal yang cukup mengejutkan terjadi, terutama dalam waktu ini, khususnya untuk saya dan Roy.

Hampir 4 minggu yang lalu, kami kehilangan salah seorang sahabat luar biasa. Kehilangan tiba-tiba yang cukup mengejutkan buat kami. Kejadian yang sebenarnya nggak pernah sama sekali kami bayangkan akan terjadi pada orang-orang terdekat kami. Sekalipun sudah berlalu hampir 4 minggu, tepatnya ini hari ke-26, tapi bayangan kejadian itu masih ada hingga saat ini di kepala saya, setiap detailnya masih terekam jelas di ingatan saya, pasti juga di ingatan Roy & teman-teman almarhum. Setiap tetesan air mata yang tumpah, saya juga masih ingat jelas, sangat jelas bahkan. Setiap proses, setiap waktu yang kami berdua lewati, mulai dari lokasi kejadian hingga di rumah sakit, semuanya belum bisa berlalu. Kesedihan masih betah berlama-lama dalam pikiran kami, mulai berkurang, tapi tetap ada di pojok sana.

Beberapa saat saya tersadar, keadaan ini harusnya bisa memberikan saya pelajaran mengenai kehidupan. Saya belajar untuk melakukan apapun dengan hati-hati, agar tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Dari kehati-hatian itu saya semakin mempelajari keberhargaan diri masing-masing orang di mata semua orang dalam lingkungannya, mulai dari lingkaran terdekat hingga lingkar kehidupan terjauhnya, betapa setiap orang punya nilai tersendiri di mata masing-masing kerabatnya. Lewat keberhargaan itulah saya belajar untuk berusaha selalu menyenangkan dan jujur pada orang lain.

Tapi, pelajaran terutama adalah semua hal yang Tuhan ijinkan terjadi itu yang terbaik, terlepas itu dinilai buruk oleh manusia. Sebagai manusia, kita hanya bisa mengimani hal tersebut, percaya kalau Dia itu baik, apapun yang telah kita alami. Ketika iman sudah ada, kesabaran, ketabahan, dan semua yang berguna untuk menguatkan kita, akan hadir secara ajaib dariNya. Iman yang kuat, hadirnya kesabaran & ketabahan membuat manusia semakin kuat menghadapi semua yang dialaminya, belajar dari apa yang telah terjadi, dan bersyukur pernah mengalami hal tersebut.

Saat ini saya ada di fase bersyukur. Bersyukur karena saya diberikan waktu oleh Dia untuk kenal dengan almarhum, sekalipun hanya sesaat. Saya juga bersyukur kalau beliau bersaudara, saya lebih suka menyebut mereka bersaudara dibandingkan bersahabat, dengan Roy, karena hubungan mereka yang terlalu indah, saling melengkapi saat susah maupun senang. Bersyukur, kalau kami boleh membantu keluarga dengan menemani beliau hingga rumah sakit, sekalipun kami tidak bisa mengantarkan beliau hingga tempat istirahatnya. Bersyukur, melalui kejadian ini saya bisa ikut merasakan hubungan persaudaraan yang lebih hangat dibandingkan hubungan darah. Bersyukur, saya bisa semakin menyadari perbedaan antara kehidupan dan kematian hanya sebatas helaian rambut, semakin diajarkan untuk selalu bersyukur atas apapun.

Menulis, adalah sebuah terapi untuk saya, terapi menghadapi kehidupan. Tulisan ini adalah hasil terapi kesedihan, sekaligus mengingatkan saya lagi tentang pelajaran kehidupan dan pentingnya bersyukur, padahal sedang bersedih. 

Sahabat, kita memang masih bersedih, biar rasa sedih itu ada di sana untuk terus mengingatkan kita berada di bumi, tapi tetaplah mengangkasa di udara bersama senyum dan tawa ketika kita mengingat setiap momen bahagia bersama sang sahabat, yang juga pasti tersenyum dari atas sana.

Love you all, friends….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar