Selasa, 29 Mei 2012

24 April


24 April 2005 adalah hari dimana saya dikatekisasi (sebuah upacara di gereja) dan pada tanggal itu juga saya kembali memiliki pacar. (hehehe….) Seorang laki-laki manis yang sangat baik, sesuai dengan kriteria yang saya inginkan. Kristen, Batak, cerdas, pintar, humoris, putih dan berperut (??!!). Mengenal selama 1 tahun sepanjang katekisasi, saya pikir sudah cukup dan yakin memutuskan menjalin hubungan dengan laki-laki ini. 1 hari sebelumnya, dia mengatakan kalau dia suka pada saya dan mengajak saya untuk “berjalan” bersama. Saya agak bingung menjawab, tapi saya sudah memastikan untuk menjawab “iya”. Setelah saya hitung, keesokan harinya adalah hari yang tepat. Jadilah, tanggal 24 April sebagai tanggal ‘keramat’ bagi kami.
Ada cerita lucu di hari itu, hari dimana dia menyatakan sukanya pada saya. Hari itu kami melakukan gladi resik di gereja untuk acara katekisasi keesokan harinya. Sejak pagi, saya sudah sibuk, karena hari ikut acara paskah sekolah dulu. Siang hari, saya ijin duluan. Sampai di gereja, ternyata sudah ramai. Acara ini dilakukan bersama dengan Bapa Pendeta yang mengajar kami selama 1 tahun. Berbaris, berjalan masuk ke dalam gereja, posisi duduk, mencoba maju ke altar, sampai hal detail seperti berdiri ketika akan paduan suara pun dilatih. Hari sudah sore ketika kami selesai berlatih, acara bebas sebelum latihan paduan suara terakhir di malam hari. Beberapa teman malas untuk pulang, termasuk saya. Kami menunggu di dalam gereja sambil beristirahat.
Saat itu laki-laki, yang saat ini saya panggil Jeruk, juga tidak pulang, padahal rumahnya tergolong dekat dari lokasi gereja. Saya ingat, saat itu saya sedang ngobrol dengan seorang teman yang tiba-tiba pergi. Saya sendiri memilih untuk membaca buku yang saya selalu saya bawa. Sedang membaca, Jeruk duduk di sebelah saya sambil mengajak saya ngobrol. Entah karena panas atau memang saya deg-degan, saya bilang padanya kalau saya ingin es krim, dan kembali membaca. Dia pergi, keluar.
15 menit kemudian, dia datang membawa plastik berisi es krim coklat. Saya terkejut, senang. Sambil makan es krim, kalimat yang saya ingat sampai sekarang “kamu tau ga kalo aku sayang sama kamu?” itu keluar dari mulutnya. Bingung sambil menikmati es krim coklat membuat saya menjawab “nggak” hahahahahahahahahaha……. Setiap saya ingat jawaban itu, saya malu sendiri. Agak terkejut, Jeruk menegaskan kalau dia sayang pada saya dan mengajak pacaran. Saya ingin menjawab “iya” saat itu juga. Tapi pikiran saya bilang, besok saja, dan jawaban yang keluar pun, “aku nggak tau, ga bisa jawab sekarang, besok ato lusa.” Sikapnya tidak berubah, tetap baik dan selalu tersenyum pada saya.
Hingga keesokan harinya, saya menjawab “iya” melalui sms. Keadaan saat itu tidak sesuai dengan scenario yang ada di kepala saya hingga memaksa saya untuk menjawab melalui media SMS. Sore hari ketika acara dilanjutkan di rumah, saya segera menghubungi Jeruk dan menjawab “iya”.

Sekarang, 24 April 2012, 7 tahun setelahnya, kami masih ada, hubungan ini masih ada, cerita-cerita terus ada, bahkan semakin kuat. Waktu berlalu, tapi kami tidak berlalu. Setiap fase berlalu, begitu pula dengan kami, fase dalam hubungan ini pun terus berlalu maju. Tidak mudah mempertahankan kami, ego masing-masing ataupun gangguan dari luar harus dihadapi. Ketika saya lemah, dia yang melindungi saya dan tetap berjalan bersama, menuntun saya dengan tangan kokohnya. Ketika dia mulai putus asa, saya akan semakin kuat menggenggaam tangan sambil berusaha menguatkan dirinya, melalui senyuman dan tangan saya, walau tidak sekuat tangan kokohnya.
Setiap fase dalam hidup sudah kami lewati bersama. SMA, fase di mana fase penuh perjuangan, berjuang untuk lulus sekolah, berjuang untuk masuk universitas impian, berjuang membuktikan kalau hubungan ini bukan penghalang bagi kami, semua lolos terlewati, meskipun tidak selamanya mulus dan sempurna. Kuliah, fase lanjutan, dimana kami harus berjuang untuk pendidikan dan awal dari masa depan kami, secara pribadi maupun bersama. Saat ini kami sedang berusaha untuk siap menghadapi fase selanjutnya, akhir dari bentuk kami saat ini dan awal dari bentuk kami yang lain dengan fase yang lain pula.

Nanti, 24 April 2015, 10 tahun setelahnya, saya berharap kami masih ada dan siap untuk berubah menjadi bentuk yang lain. Saya berharap waktu bisa menyiapkan kami menuju bentuk kami yang baru. Bentuk yang lebih baik, bentuk yang lebih sempurna, bentuk yang patut diperjuangkan, bentuk yang lebih berharga, bentuk mandiri hasil rajutan kami. Semoga kami masih ada saat waktu itu datang. Semoga…semoga…semoga…

BELAJAR ITU MAHAL


           Waktu baca judul tulisan ini, pasti ada orang yang bilang itu bener, tapi ada juga yg bilang, “ah, nggak juga”, bahkan ada yg bilang, “itu sih tergantung dia belajar apa dan dimana”. Semuanya bener koq, nggak ada yg salah. Dalam tulisan saya kali ini, saya hanya ingin menceritakan bahwa untuk belajar sesuatu ada harga yang harus dibayar. Harga secara materi maupun non-materi. Lewat beberapa cerita dan pengalaman yang pernah terjadi, saya ingin berbagi, ada pelajaran yang kita nilai sepele tapi harus dibayar mahal, namun ada pula pelajaran penting yang tidak perlu mengeluarkan materi apapun untuk mendapatkannya.
           
            Seorang sahabat bercerita pada saya bahwa ia kehilangan sejumlah besar uang gajinya karena hal sepele, ragu-ragu. Sistem penggajian di kantornya masih menerapkan sistem manual, yaitu bos memberikan gaji secara cash pada setiap karyawannya. Alhasil setiap bulan, ia harus menyetorkan uang itu ke tabungan. Sewaktu mau berangkat, dia sudah ragu tetap memakai celana pendek rumah, ingin ganti celana beresleting, katanya. Hanya saja dia tetap berangkat tanpa mengganti celana. Sarapan di mie ayam baru dilanjut ke bank untuk setoran. Bukan uang gajian yg didapet, kantong celananya sudah kosong, uang sudah tidak ada, gaji 1 bulan pun hilang. Dicari lagi mulai dari rumah, tukang mie ayam, kembali ke bank, tetap tidak ada. Akhirnya, sang sahabat hanya bisa ikhlas melepas gaji 1 bulannya itu.

            Di lain hari, seorang sahabat bercerita tentang kelalaian seorang rekan kantornya ketika bekerja. Dalam pengerjaan pajak, salah meminta print pada teknisi yg bertugas. Alhasil, ia harus membayar biaya pemanggilan dan pengeprintan form pajak tersebut. Hal itu terjadi karena tidak teliti. Di lain waktu seorang sahabat juga mengalami kerusakan cukup parah pada kendaraannya karena menurutin permintaan sang pacar untuk pergi. Ada pula teman yang harus dimarahi oleh atasannya karena tidak melakukan koordinasi dengan bagian lain dalam menangani suatu masalah.

            Melalui berbagai hal kita bisa belajar, bukan hanya di sekolah, di kampus, ataupun di tempat kursus saja. Pelajaran hidup, bisa diperoleh dimana saja. Pengorbanan untuk belajar bervariasi, ada yang gratis sampai harus kehilangan materi bahkan orang yang tersayang. Setiap hal yang terjadi dalam kehidupan adalah pelajaran, kembali pada masing-masing orang dalam menyikapinya, apakah mereka bisa mengambil pelajarannya atau hanya berlalu begitu saja.

            Seperti sahabat saya yang kehilangan sebulan gajinya, sejak saat itu dia tidak melakukan sesuatu bila ragu-ragu. Ketika ia ragu, ia akan mengambil jalan aman atau tidak melakukannya sama sekali. Menjadi lebih berhati-hati, tidak menyepelekan keinginan yang muncul pada dirinya. Teman yang lain saat ini pun semakin selektif ketika diajak keluar oleh pacarnya, bahkan semakin berhati-hati dengan apa yang diminta oleh sang pacar.

            Belajar, lagi-lagi, bukanlah hal yang bisa diukur dengan uang. Apa yang diperoleh seseorang dalam semua peristiwa dihidupnya tergantung bagaimana masing-masing orang menyikapinya. Ketika seseorang dapat belajar dari setiap kejadian dalam hidupnya, maka ia akan semakin bijak dalam menghadapi kehidupan. Sekali lagi, teman, belajar itu mahal harganya, secara materi maupun non-materi.

Selamat belajar…

Selasa, 08 Mei 2012

Tepuk Kaki


         Pernah ga sih kalian digangguin sama pacar sendiri?!! Digangguin sama cowok yang selama ini disangka orang yang serius, dewasa, dan sangat berwibawa!!! Cowok itu tiba-tiba berubah jadi kayak anak kecil yang lagi main-main sama temennya. Senggol temennya terus lari, senggol lagi, lari lagi, gitu terus sampai akhirnya kejar-kejaran gara-gara kesel, bahkan melakukan gerakan aneh yang cukup kekanakan, hehehehehehe... Lucu sih ngebayanginnya, tapi ini kenyataan koq, gw ngalamin ini sekitar 1 bulan yang lalu. Waktu itu gw sama jeruk pergi jalan yang niatannya ambil bedcover di laundryan deket kampus gw. Jauh sih sebenernya dari rumahnya buat ngelaundry bed cover doang ke deket kampus gw, tapi berhubung harganya lebih murah, yaaahh...apa boleh buat!!?

            Buat sampai ke tempat laundry itu, kita harus jalan sebentar, soalnya kita parkir di daerah deket kosan salah satu temen gw. Ambil bed cover trus kita balik lagi ke parkiran mobil. Di jalan, tiba-tiba jeruk mukul kaki gw pake bed cover, trus lari beberapa meter ke depan gw sambil ketawa, gw masih nggak ngeh sama becandaannya, gw diem aja. Perilaku yang sama diulang lagi 2x sama jeruk, dan gw baru ngeh kalo dia ngajak gw becanda!! (hahahahah....telat banget!!!) Akhirnya, buat yang ketiga, abis jeruk mukul kaki gw, gw kejar trus gw cubit pipinya, hehehehehehehe.....puas rasanya!!

            Ga sampe situ doang, malemnya, waktu jeruk anter gw ke rumah, dia melakukan gerakan aneh bin ajaib. Gerakannya lucu banget, apalagi kalo dilakukan sama orang yang badannya kayak jeruk gw, laki-laki berperut, hehehe... gerakannya gini (kalo ada yang mau coba di depan temen-temen atau ceweknya yang lagi ngambek, boleh aja koq, siapa tahu jadi ketawa!) lo lari buat ambil ancang-ancang, kalo dah siap, lo lompat setinggi yang lo bisa, terus telapak kakinya lo tempel kayak posisi tepuk tangan, tapi yang ini pake telapak kaki. Akhirnya, kembali ke posisi semula. Gerakan itu dikasi nama gerakan tepuk kaki sama jeruk.

            Gw ga tahu kalo jeruk mau melakukan gerakan itu, gw kaget waktu dia lari dari garasi ke arah teras, lompat beberapa meter di depan gw, terus melakukan gerakan tepuk kakinya itu, dan kembali ke posisi berdiri. Gw bengong beberapa detik sebelum ketawa gw meledak!! Nyokap kaget sampai keluar rumah dan nemuin gw yang lagi jongkok-jongkok sambil ketawa geli. (tapi langsung masuk lagi, tanpa nanya apapun, cuma senyum bingung). Jeruk ketawa sambil ngejelasin gerakan itu punya nama, namanya gerakan tepuk kaki.

            Gila, itu gerakan aneh banget dan sukses besar buat gw ketawa ga berenti-berenti selama 10 menit, bahkan tiap kali jeruk mengulang gerakan itu di depan gw, tiap kali itu juga gw akan ketawa geli (meskipun udah ga 10 menit). Gw sarankan buat temen-temen, khususnya cowok, kalo temen, gebetan, cewek, atau bahkan nyokap lo lagi marah, ngambek, kesel, sebel, dan saudaranya yang lain, coba deh lakukan gerakan tepuk kaki itu, besar kemungkinan mereka bakalan ketawa trus hilang deh semua kesel, marah, dan emosi negatifnya (tapi kalo tambah marah, gw nggak ikutan!).

            Setelah berhenti ketawa, gw mikir beberapa kejadian hari itu sama jeruk. Gw menemukan bahwa cowok masih punya sisi kekanakan dalam dirinya, sekecil apapun itu pasti ada, dan suatu waktu akan keluar tanpa mereka sengaja. Selama ini gw nilai jeruk gw adalah orang yang sangat serius dalam segala hal, karena mukanya pun cukup jarang senyum kalau ada di lingkungan umum, bahkan terlihat galak (kadang waktu sama gw juga sih, tapi gw paksa buat senyum). Jeruk cowok yang bijaksana, penuh perhitungan setiap melakukan sesuatu, ngomongnya jago (two tumbs up!!), intinya cowok yang dewasalah, di mata gw. Ternyata, masih juga punya sisi kekanakan dalam dirinya. Jeruk sendiri pun mengakui sisi kekanakan itu sebagai bagian dari dirinya yang terpendam.

            Coba deh, kalian perhatiin beberapa teman cowok ataupun pacar-pacar kalian, siapa tahu kalian bisa menemukan hal lain atau bahkan gerakan aneh lain yang belum pernah mereka munculkan selama ini.

Selamat tertawa, teman-teman!!!!

Makanan-makanan Ajaib


Pernah bayangin makan kepala ikan yang sudah dikubur dalam tanah selama 2 minggu ga? Apalagi yang dimakan matanya?! Atau makan daging singa laut rebus yang dibiarin gitu aja di bawah sebuah rumah panggung selama 2 bulan?? Ya ampuuunn....menjijikan ya bayanginnya???!!! Tapi itu kenyataan lho, ada orang2 yang sangat berselera makan makanan itu di belahan bumi sebelah sana, bahkan katanya, mereka tertarik makan makanan itu karena aromanya (?!??).

            Beberapa waktu yang lalu, gw nonton sebuah acara di tv, judulnya 1001 dunia. Gw baru banget sama acara ini, penasaran, akhirnya gw tonton. Di scene pertama, acara ini cerita ada seorang bapak di India yang pengen banget buka rumah makan masakan India, tapi dia ga mau menyia2kan bagian dari badan seekor kambing, akhirnya, dia memasak semua bagian kambing, mulai dari mata (???!!) sampai alat kelaminnya. Ada 5 orang yang menjadi responden untuk mencicipi masakannya. Mereka bilang masakannya enak, sampai ada orang yang muntah ketika makan sesuatu, yang dia ga tahu kalo itu mata, keras dan air muncrat dari dalamnya. Waktu nonton, gw mulai jijik, tapi penasaran sama acara ini, kayaknya ini acara yang memfokuskan pada hal2 yang ekstrem tapi menarik dan nyata.

            Di scene kedua, ada seorang wanita di Alaska yang berjualan ikan salmon bersama suaminya. Ikan salmon itu ditangkap sendiri, kemudian dijual, kecuali bagian kepala dan telurnya. Kepala salmon itu dibersihakan, lalu di kubur dalam tanah bersama dengan telurnya. Wanita ini mengatakan, cara menguburkannya jangan terlalu padat, harus tetap ada udara yang masuk, ia juga menambahkan rumput2 di dalamnya. Setelah 2 minggu, kepala ikan salmon itu dikeluarkan dan dicuci bersih. Hanya dicuci bersih, ga dimasak lagi!!! Dengan santainya, wanita tersebut mencongkel mata ikan salmon, kemudian memakannya dengan ekspresi yang menggambarkan kalau itu makanan yang sangat enak.

            Pada scene yang sama juga diceritakan seorang nenek yang juga tinggal di Alaska suka makan daging anjing laut rebus. Entah dari mana sang nenek mendapatkan daging anjing laut yang sudah mati, jangan bayangkan hanya seonggok daging tapi benar2 anjing laut yang sudah mati, belum dikuliti, ada kukunya, dan masih ada kumisnya. Dibiarkan di bagian bawah rumahnya yang seperti rumah panggung selama 2 bulan. Sang nenek harus memasaknya di luar rumah, soalnya daging ini sangat bau. Daging itu dicuci bersih, sebab ada belatung yang mulai muncul dan bersarang di sana, dikuliti, dibuang kukunya, dan dipotong2, baru kemudian direbus hingga matang. Sang nenek tidak makan sendiri, ia mengajak anak dan cucunya untuk makan bersama.

            Waktu gw nonton acara ini, gw jadi inget pernah juga nonoton acara yang mirip tapi khusus sama kebudayaan Cina. Kalo ga salah, orang Cina juga punya makanan yang agak ajaib, namanya telur pitan. Gw ga tahu sih rasanya kayak apa, tapi katanya (lagi) telur itu udah dibusukkan dengan caranya mereka. Gw liat, telurnya warna hitam, agak aneh sih?! Tapi berhubung gw ga pernah makan tuh telur, jadi gw ga tahu rasanya kayak apa. Dari beberapa situs yang gw baca, telur pitan itu dari telur bebek yang diawetkan dalam lime yang mengeras ditambah garam atau ramuan tradisional, pokoknya diusahakan telur berada dalam kondisi basa (pH > 7). Inilah yang membuat telur jadi berwarna hitam agak transparan pada putih telurnya dan bagian kuning telur agak mengeras. (http://www.wihara.com/forum/showthread.php?t=822&page=5)

            Setelah gw pikir2, ga cuma orang luar aja koq yang punya makanan ajaib, orang Indonesia juga punya beberapa makanan yang cukup ajaib. Misalnya rujak cingur, sayuran yang mirip gado2 campur rujak buah, ada tempe dan tahunya juga, tapi ditambah cingur (tulang rawan bagian hidung atau bibir bagian atas sapi) dan bumbunya warna hitam, dibuat dari petis. Menurut gw rasanya enak, tapi kata jeruk bentuknya aneh, warna hitam dan bagian congornya itu yang bikin dia geli buat makan. Mungkin orang2 yang kenal, akan suka, tapi coba orang bule yang disuruh makan, mereka mungkin harus berpikir 2 kali buat mau makan. (www.id.wikipedia.org)

            Ada juga telur asin, telur bebek yang dibungkus dengan abu gosok atau serpihan bata merah plus garam, dipendam dalam guci tanah selama 7-10 hari, dicuci bersih lalu dimakan atau diolah untuk masakan lain. (http://www.indoforum.org/showthread.php?t=34666) Ini mirip dengan telur pitan yang dari Cina itu, sebab sama-sama menggunakan telur bebek. Setiap orang punya pendapatnya masing-masing tentang telur asin, gw suka telur asin yang rasa asinnya nggak terlalu medok (papa pernah bawa dari Tegal). Tapi gw ga tahan sama bau amisnya yang “astaga naga”. Makan pakai sendok, sendoknya bisa ikutan bau amis juga. Sedangkan mama-papa, cukup doyan dengan makanan yang satu ini, apalagi kalau makannya dengan sambel dan ikan asin, katanya.

            Berhubung gw orang Batak, gw cukup tahu beberapa jenis masakan tradisionalnya, salah satunya adalah nani ura, ikan yang ga dimasak, hanya dibalurin perasan air jeruk nipis terus makannya pakai sambel. Menurut gw makanan ini agak mengerikan, soalnya daging ikannya masih kenyal2 agak keras. Kata mama, masakan ini tergantung sama perasan air jeruk itu, soalnya gara2 perasan jeruk itulah makanya ikannya matang. Gw pernah makan masakan ini 1 kali, cukup enak menurut gw, mirip2 sushi gitu, tapi masakan ini rasanya lebih spicy, karena ada asem dari perasan air jeruk, asin dari garam yang terasa banget disetiap masakan batak yang pernah gw makan, sama pedes ga nahan dari sambel andaliman sebagai pelengkapnya.

            Masih ada makanan atau masakan aneh lain lagi ga yang kalian tahu??

Tuhan Senang Bermain Hujan (tulisan yang hampir terlupakan)


Bermain hujan bukan hanya kesenangan anak-anak saja, tapi Tuhan juga senang bermain hujan. Hari rabu yang lalu, gw, Lala, sama Jane memutuskan makan siang di kancil, berhubung gw pengen makan soto kanlam, gw ngalah buat minta anterin sotonya ke kancil. Keadaan langit memang sudah gelap tertutup beberapa awan hitam. Sambil menunggu makanannya Lala, kita bertiga ngobrol kuliah hari itu. Tiba-tiba hujan turun dengan deras selama beberapa menit kemudian berhenti, dan berubah menjadi gerimis kecil. Ketika makanan Lala datang, hujan kembali menderas tiba-tiba, berhenti, lalu gerimis lagi. Hujan deras tiba-tiba, berhenti, dan berganti gerimis, keadaan itu beberapa kali terjadi bergantian. Seselesainya kami makan, keadaan langit berubah menjadi gerimis kecil kembali.

Selama makan, gw berpikir kenapa hujannya bisa kayak gitu ya?? Berubah-ubah secara tiba-tiba. Karena sulit menemukan jawaban yang kira-kia pas, gw berpikiran bahwa Tuhan memang sedang iseng bermain-main dengan awan dan hujan, hehehehe.. khayalan yang aneh!! Tapi itu kan mungkin aja, sebab memang Tuhan yang mengatur semuanya, bukan?! Jadi, Dia bisa saja mengatur hujan deras, gerimis, berhenti, kembali gerimis, dst, secara tiba-tiba.

Belajar dari hal itu, gw berkesimpulan bahwa Tuhan berkuasa akan segala hal dengan luar biasa dan Dia juga menggunakan semua ciptaanNya sesuai dengan kehendakNya. Semua yang terjadi dalam hidup gw, hidup kita semua, bukan karena kita yang kuat, bukan karena kita yang hebat, tapi karena Tuhan berkenan atas semua yang terjadi pada kita. Hujan yang sederhana saja perlu teknologi canggih dan waktu untuk menemukan cara membuatnya, Tuhan bisa menggerakkannya dalam hitungan detik, apalagi kehidupan manusia, suatu hal yang sangat besar dan luar biasa sudah Tuhan tuliskan dengan sangat rapi dan sempurna.


Mulai sekarang, mari, teman-teman, kita lebih bersyukur sama Tuhan atas segala hal yang sudah Tuhan tuliskan dalam kehidupan kita.
Selamat bersyukur, teman-teman!!!

Berlayar Bersama Tuhan




Ketika waktunya tiba untuk menjadi satu di kehidupan, semua orang merasakan emosi yang tak terucap

Tiap detik serasa detak jantung yang hampir saja membunuh

Tiap detik terasa berbeda

Detik-detik waktu mendekat, membuncahkan kegembiraan yang tak terkatakan

Pernikahan yang suci, putih, dan kudus, pernikahan dalam Kristus

Serupa kapal layar di laut lepas, demikian pula kalian

Mengarungi lautan lepas, berdua, dalam satu perahu layar, bahtera kehidupan

Kemudikan kapalmu bersama-sama, jadikan deburan ombak sebagai bantuan tuk terus maju

Hati-hati dengan kapal lain yang ingin mengganggu kalian, perhatikan sekeliling dan terus berlayar

Jadikan Tuhan sebagai penunjuk arah, agar kalian tidak tersesat

Pakai Allah sebagai air yang menjadi dasar kalian berlayar

Tetaplah teguh dalam bahtera kalian berdua, sekalipun bahtera lain lebih menarik

Rawat dan hiasi kapal layar itu biar tetap indah dan nyaman

Arungilah samudra kehidupan kalian dengan bahtera kalian yang baru

Bergabunglah sekarang dengan bahtera dan kapal layar lain yang terlebih dahulu berlayar

Ikuti ketika arah jalan mereka benar, tapi jauhi kapal itu ketika arahnya melenceng

Ambil cara mereka untuk mempertahankan bahtera ketika karang hampir menghancurkannya

Nikmati setiap pemandangan yang kalian lewati nanti, sebab itu tak kan kalian lewati lagi

Jadikan itu kenangan untuk membantu kapal kalian terus maju


Selamat berlayar bersama Tuhan, kawan…….

Pecel Ayam, Pecel Lele, Akhirnya…. Pecel Telur


         

         Gara-gara tadi siang teman-teman kantor bingung mau makan dimana, saya jadi ingat cerita Jerukq beberapa waktu yang lalu mengenai makanan. Bukan hanya siang ini, tapi banyak siang-siang yang lain, saya mendengar celetukan dari teman saya, “makan dimana nih kita?” Saya hanya tersenyum mendengarkan mereka sibuk berdiskusi tentang tempat makan. Tapi saya sudah beberapa kali memperhatikan, di akhir bulan diskusi itu akan semakin cepat usai, karena kesamaan kondisi : UANG MENIPIS! Hehehe…menarik bukan untuk diperhatikan?

Di awal-awal gajian, mereka akan sibuk mendiskusikan tempat makan mana yang mau dikunjungi hari ini, bahkan ketika gajian jatuh di hari jumat, maka semua orang akan berusaha pergi sejauh-jauhnya untuk makan siang sekaligus jalan-jalan ataupun belanja. Saya tidak termasuk di dalamnya, karena saya lebih suka membawa makanan dari rumah setiap hari. Buat saya, semakin banyak pilihan bukan berarti semakin mempermudah saya dalam memilih, tapi bukan hal itu yang akan saya bahas dalam tulisan ini.

Peristiwa “royal” ketika baru gajian ini, sama seperti cerita Jerukq beberapa waktu yang lalu saat bernostalgia tentang suasana kosan semasa kuliah dulu. Saat kuliah di Bandung, Jerukq serta teman-temannya punya langganan tempat makan yang menjual pecel, bukan pecel sayur, tapi pecel ayam atau pecel lele. Lokasi warung pecel lele itu ada di sekitar kos-kosan, sehingga di malam hari cukup ramai di datangi mahasiswa. Yang unik dari warung pecel ini adalah tersedianya pecel telur. Pecel telur adalah telur dadar dengan campuran daun bawang dan diberi sambal, sama seperti pecel lele atau pecel ayam, hanya lele dan ayamnya diganti dengan telur dadar. Pecel telur sendiri ada pecel telur saja, atau paket pecel telur lengkap. Pecel telur lengkap terdiri dari pecel telur ditambah irisan kecil tahu dan tempe. Harga keduanya sama Rp 5,000,- ; Pecel ayam dan nasi dihargai Rp 8,000,- dan pecel lele ditambah nasi dihargai Rp 7,000,-

Di awal bulan, disaat mayoritas mahasiswa “gajian”, saat itu pula pesanan pecel ayam meningkat, bahkan tidak jarang menu makan malam lengkap, nasi, pecel ayam, ditambah soto ayam. Di minggu pertengahan, pesanan pecel ayam menurun, pesanan pecel lele meningkat, pesanan soto ayam sudah lama hilang. Lama kelamaan, pesanan pecel telur yang mendominasi warung pecel lele itu. Hanya, ada yang unik dari Jerukq dan seorang teman. Ketika akhir bulan dan mereka memesan pecel telur, ada taktik untuk bisa dapat ekstra sambal, berhubung si pemilik warung tergolong orang yang pelit dalam dunia persambalan. Nasi yang dipesan 1 ½ porsi, ketika sisa 1/3 bagian, Jerukq kembali memesan tempe dan tahu goreng, dengan pesan-pesan “pake sambel ya, Pak”.

Terlihat miris sekaligus lucu buat saya. Miris karena ternyata jadi anak kos itu perjuangan, dalam hal makan aja butuh pengaturan dan perencanaan keuangan yang baik, belum lagi di hal-hal yang lain. Lucu karena menyadari, hampir semua manusia membentuk pola dalam kehidupannya, pola yang sama ataupun berbeda satu sama lain. Saya menyadari pepatah “hidup itu seperti roda, kadang di atas, kadang di bawah” bukan hanya dalam hal-hal besar saja, tapi juga hal-hal kecil, bukan hanya dalam pendidikan, pekerjaan, pernikahan, ataupun rejeki, tapi juga dalam hal makan. Terkadang orang bisa makan enak saat punya uang, terkadang makanan yang biasa saja, bahkan tidak menutup kemungkinan makan makanan kurang enak, yang penting perut terisi dan tidak sakit.

Pola pecel ayam (+ soto) – pecel lele – pecel telur mengajarkan pada saya bahwa hidup itu dinamis, selalu ada perubahan dalam kehidupan, hidup selalu bergerak. Hidup itu roda, terkadang ada di atas, terkadang ada di bawah. Terkadang bisa beli yang mahal, terkadang pula harus puas dengan barang yang murah. Saya juga belajar, bagaimana kita seharusnya bisa ikut dinamis bersama kehidupan, dinamis mengikuti perubahan hidup untuk bisa tetap eksis. Bersiap-siap untuk turun ketika ada di atas dan bersiap-siap untuk naik ketika berada di bawah. Mempersiapkan diri untuk dapat menyesuaikan diri.

Nasi 1/2 , Gorengan 2, Perkedel 1, Sayur Tumis = Rp 3,500,-



Setiap orang yang baca judul di atas pasti sekilas akan bertanya-tanya tentng kebenarannya, kebenaran dari kalimat itu, kebenaran dari porsi makanannya, kebenaran dari higienitas makanannya, bahkan hingga bahan baku dari makanan tersebut. Mayoritas orang tertarik dengan segala sesuatu yang dijual dengan harga murah, termasuk saya. Tapi, kalau harganya terlalu murah pun saya akan pikir-pikir dulu untuk membelinya. Akan lebih banyak pertimbangan dalam membeli makanan di tempat itu.

Tulisan ini saya beri judul seperti di atas karena menurut saya, itulah kalimat awal dari cerita jeruk mengenai kehidupan kosan dulu sewaktu di Bandung. Semasa kuliah, jeruk kos di Bandung, lokasinya di sekitar kampus Unpad-Adipati Ukur. Sekitaran kosan pasti mudah ditemui warung makan, bila sebutan kita di Jakarta dinamakan warteg, maka di Bandung disebut kantin. Jeruk bercerita ada sebuah kantin yang cukup terkenal, bukan karena penjualnya yang cantik atau bentuk fisik kantin itu yang megah, tapi karena harga yang murah ditambah rasa makanan yang enak.

Kantin tersebut awalnya adalah sebuah rumah biasa, namun diubah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah kantin. Ada ruang tamu yang diubah menjadi ruang makan pelanggan, ruang tengah dibagi 2, sebelah untuk kegiatan memasak beserta mencuci peralatan, sedangkan di sisi lain adalah tempat beristirahat si Ibu, sang penjual. Jujur, saya tidak tahu pasti tempat itu seperti apa, saya dapat menjabarkan bentuk rumah itu berdasarkan penjelasan dari Jeruk, sebagai pelanggan tetap.

Suatu siang, Jeruk makan siang bersama seorang teman di kantin itu. Saat sedang makan, datang seorang tukang pos membawa kotak bingkisan. Ibu penjual yang diberi bingkisan bingung, “Sopo yo?” (siapa ya? Red.) Ketika dibuka, isi bingkisan itu adalah terasi, beberapa jenis oleh-oleh dari daerah Kalimantan, ditambah sepucuk surat. Isi surat itu yang menarik buat saya, isi detailnya apa, saya tidak tahu, inti dari surat itu adalah ada seorang anak mahsiswa yang sering makan di kantin si Ibu dan mengambil makanan tapi tidak dihitung dan sekarang sudah bekerja di Kalimantan. Bingkisan itu menjadi sebentuk permohonan maaf pada si Ibu.

Kenapa bisa nggak ikut dihitung? Sistem makan di kantin ini adalah ambil-makan-bayar. Si Ibu akan menanyakan apa yang dimakan, pelanggan akan menyebutkan lauk apa saja yang dimakan. Sekalipun harganya murah, masih saja ada anak yang tidak jujur menjawab. Itu memang pencurian, tapi itulah keadaan anak kos, tidak selalu ada uang, tidak selalu dapat kiriman tepat waktu, atau tidak selalu dapat uang kiriman penuh.

Di waktu lain, si Ibu kedatangan tamu, seorang mahasiswa yang sudah berhasil. Dia datang mengunjungi si Ibu, mengaku dosa, dan memberikan hadiah sebagai ganti kenakalan yang pernah dia lakukan pada si Ibu sewaktu menjadi mahasiswa. Si Ibu hanya tersenyum dan berkata, “ndak opo-opo, sing penting kamu sudah kerja tho”. Respon yang manis dan ikhlas.

Rp 3,500,- yang bukan hanya menjadi makan siang murah di saat persediaan uang tinggal sedikit di akhir bulan, tapi menjadi sebuah nilai yang berarti, sebuah pelajaran dalam hidup untuk ikhlas. Dari Rp 3,500,- kita bisa belajar untuk ikhlas akan semua hal, belajar untuk percaya pada orang lain. Rp 3,500,- yang kita pikir sepele, ternyata mengajarkan kita elemen kehidupan. Si Ibu yang “nerimo”, bukan berarti penjual yang tidak butuh uang, tapi seorang ibu yang ikhlas menjalani hidupnya untuk berjualan makanan bagi pelanggannya yang mayoritas anak mahasiswa.

Keikhlasan, positif thinking, “nerimo”, atau apapun itu namanya buat hidup jadi ringan, bahkan berbuah manis. Seperti kata Jeruk-ku di akhir ceritanya, “setiap orang yang pernah ngelakuin hal itu (nggak ngaku jumlah makanannya, red) kalo udah berhasil, nggak akan lupa sama Ibu itu” Terbukti, kiriman terasi dan oleh-oleh dari Kalimantan serta ucapan terimakasih, pengakuan dosa, dan bingkisan adalah buah manis yang didapatkan si Ibu dari keikhlasannya.

Keadaan para mahasiswa yang berbohong tentang jumlah makanannya, itu memang sebuah kejahatan, pencurian, tapi dilihat dari sisi lain, itu memang karena keadaan. Keadaan keuangan di akhir bulan yang sudah tiris, jumlah uang kiriman yang pas-pasan, ataupun uang kiriman yang belum juga sampai. Disini kita bisa belajar, setiap hal tidak hanya dapat dilihat dari 1 sisi saja, tapi ada sisi lain yang membuat kita belajar tentang makna kehidupan. Belajar bahwa pencurian itu adalah kejahatan, tapi bukan berarti selamanya kejahatan itu jahat. Seperti pengakuan anak mahasiswa berhasil yang datang kembali ke Ibu kantin tadi, “Maaf, Bu, saya dulu sering makan makanan ibu tapi nggak ngaku, bukan niat saya, Bu, tapi saya nggak punya uang waktu itu” Klise, tapi itulah yang terjadi. Suatu hal tidak selamanya hitam atau putih, terkadang kita bisa temukan banyak warna di dalamnya. 

Persepsi Orang (Sangat) Mungkin Salah


            Ada seorang cewek duduk berhadapan dengan cowok yang kemungkinan besar adalah pacarnya, dengan wajah sedih bercampur bingung terlihat dari wajahnya yang ingin menangis, sedangkan sang cowok berbicara dengan wajah yang serius bahkan terlihat sedikit marah dan kesal sebab wajahnya yang berkerut, padahal malam itu adalah malam minggu yang notabene malam penuh cinta. Di sekeliling mereka cukup banyak pasangan yang duduk berdua dengan pasangannya, berbincang dengan mesra dan tersenyum bahagia. Apa pendapat kalian melihat hal ini? Kalo gw pribadi menganggap mereka baru aja putus. Sang cowok mutusin ceweknya karena suatu hal yang cukup serius.

            Mungkin hal yang sama juga yang dipikirkan seorang mbak di tempat itu sambil memperhatikan muka gw. Yup, keadaan yang baru aja gw ceritain di atas adalah gw sendiri sama jeruk di suatu malam minggu di warung steak, margonda. Malam itu memang kita sedang membicarakan suatu hal yang sebenarnya tidak terlalu penting. Gw mau pulang, padahal jeruk masih mau jalan-jalan. Malam itu kita lagi bahas mau kemana lagi, beberapa opsi yang jeruk bilang selalu gw tolak dan buat dia agak kesel. Selama gw ngobrol sama jeruk, dengan sudut pandang mata yang cukup besar, gw perhatiin ada seorang mbak yang memperhatikan ke arah meja gw dan jeruk lagi ngobrol.

            Waktu gw bilang ke jeruk, tiba-tiba dia berhenti ngomong. Jeruk merhatiin muka gw, terus ketawa kecil. Dia bilang, “gimana nggak diliatin, mukamu kayak orang mau nangis gitu! Bisa disangka orang, aku lagi mutusin kau nih!” hahahahaha.....dan gw juga baru sadar kalo muka jeruk dari tadi serius banget. Kita jadi geli sendiri mikirinnya. Mbak itu beberapa kali menoleh ke arah meja kami dengan wajah seperti ingin mengecek apa yang sedang terjadi di meja kami dan menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya.

            Selesai makan, kami segera menuju mobil sambil menahan tawa. Sepanjang perjalanan, jeruk bercerita bahwa tidak hanya mbak itu saja yang memperhatikan kami tadi, beberapa orang yang duduk di belakang gw pun memperhatikan kami, berhubung wajah jeruk terlihat sangat serius. Kemudian, pertanyaan jeruk yang muncul pun sebelumnya sudah ada dalam pikiran gw, kira-kira apa yang mereka pikirkan ya?? Apa persepsi mereka melihat gw dan jeruk dengan situasi seperti itu??

            Dari kejadian itu gw belajar kalo apa yang gw liat ga selamanya bener. Kalo mbak2 itu liat gw ma jeruk kayak orang lagi brantem trus mau putus, padahal kenyataannya sebaliknya, hal yang sama juga terjadi sama gw ketika gw liat ada pasangan yang mesra banget lagi jalan. Belum tentu mereka memang pasangan yang awet kan?! Bisa aja, salah satu dari mereka mau diputusin atau ternyata mereka bukan pasangan yang lagi pacaran, tapi kakak-adik, who knows kan?!

Jeruk, Kecoa & Aku


Beberapa hari yang lalu gw bersama mama dan papa pergi ke Lido, daerah yang dilewati kalo mau ke Sukabumi via darat lewat tol Ciawi. Berhubung kalo mau ke tol Ciawi, berarti juga harus masuk ke tol menuju Bogor, kami lewati jalan itu. Sepanjang jalan keadaan tenang-tenang saja, sekalipun cuaca di luar sangat panas, tapi dalam mobil tetap sejuk. Mama yang baru makan sampai mengantuk.
Setelah masuk pintu tol arah Bogor, gw lebih berkonsentrasi memberikan perhatian pada jalanan, baik di depan maupun samping kiri. Gw jadi inget kalo jalan sama Jeruk ke daerah Bogor. Ini daerah yang paling sering kita kunjungin buat habisin waktu bareng-bareng. Biar Cuma beli martabak terus dimakan sepanjang jalan tol menuju pulang; atau makan-makan di sepanjang jalan Siliwangi, mulai dari seafood, soto mie, sampai sate babi; atau jalan-jalan ga jelas makan bakso; sampe nonton plus nongkrong di Botani (mallnya anak IPB). Sepanjang jalan gw senyum-senyum sendiri deh.
Kita berdua lebih seneng jalan ke arah Bogor karena selain deket dari rumah, cuma 20-30 menit via tol JaGorAwi, tempat makannya pun banyak. Ini dia kuncinya, tempat makan yang buanyak buanget!!! Hehehe…gw sama Jeruk suka banget ngemil makanan yang baru. Sebenernya sih itu kesukaan gw, tapi Jeruk jadi korban, hahahahahaha….. tapi Jeruk seneng-seneng aja tuh jadi korban! ;-D
Tiba-tiba mobil melewati sebuah pintu keluar (LUPA!!) dimana ada sebuah peristiwa yang cukup lucu menurut gw kalo diingat-ingat lagi saat ini. Kejadiannya terjadi sudah lumayan lama. Gw sama Jeruk pergi ke arah Bogor waktu itu. Sepanjang perjalanan ga ada yang terjadi, semuanya baik-baik saja, aman, nyaman, dan tentram. Masuk pintu tol, gw mau ambil sesuatu di tas gw, yang mana tas itu ada di bangku belakang. Tepat ketika gw selesai mengambil barang dan melihat ke arah bawah, ada binatang yang amat sangat menjijikan melintas. Reflex gw teriak ke Jeruk kalo ada “KECOA”!!! Ya ampuuunnn….!!! Mampus aja tuh. Jeruk sempat berhenti di pinggir tol buat meyakinkan diri kalo binatang itu ada. Tapi Jeruk ga menemukan si hewan itu. Perjalanan berlanjut.
Sepanjang perjalanan, perasaan gw udah ga nyaman. Sebentar-sebentar gw noleh ke belakang buat meyakinkan diri kalo hewan itu ga ada. Duduk gelisah, muka ga enak, ngobrol sama Jeruk pun mulai ga konsen, tiap pertanyaannya Jeruk, gw jawab sesingkat mungkin. Lama-lama Jeruk males juga, akhirnya dia meyakinkan gw kalo emang tuh makhluk ga ada. Sekalipun dia bilang gitu, gw tetep parno, tapi tetap berusaha buat duduk lebih tenang.
Terlalu sibuk noleh ke belakang, gw sampe ga sadar apa yang ada di bawah kaki gw sendiri. Waktu gw liat, ternyata makhluk itu udah ada di deket kaki gw. Ngeliat itu gw langsung teriak kenceng banget, minta Jeruk buat minggir. Untung di depan ada pintu keluar. Jeruk berusaha meminggirkan mobil secepat yang dia bisa, tapi aku tetap teriak-teriak panik, dengan suara yang sangat keras, padahal kita ada di mobil.
“Berentiiiiiiiiiii………Jeruuuuuukkkkkkk……Berentiiiiiiiii………..!!!!!!!!” kira-kira begitu kata-kata yang gw keluarin sambil nyubit-nyubit Jeruk, yang dicubit jadi tambah bingung mau ngapain, dia sendiri sudah cukup kesulitan untuk meminggirkan mobil, ditambah dengan melihat kepanikan, suara, dan cubitan gw yang menggila, semakin menambah kepanikannya. Akhirnya kata-kata yang keluar hanya, ”Iyaaa….Iyaaa….Sebentar Dong!!! Aduuuuhh….!!!”
Mobil berhasil dipinggirkan oleh Jeruk, gw langsung keluar mobil, bahkan sebelum kunci pintu otomatisnya dibuka sama Jeruk. Gw langsung keluar dan pergi menjauh dari mobil selama Jeruk membuang hewan tersebut. Jeruk membunuh hewan itu dengan tissue, kemudian membuangnya ke rerumputan di pinggiran tol. Gw masih ada di luar mobil waktu Jeruk meminta gw untuk kembali masuk. Sebelum masuk, gw sempet menanyakan keberadaan hewan itu, masih ada yang lain atau tidak. Jeruk meyakinkan kalau hewan tersebut sudah tidak ada. Perjalanan dilanjutkan hingga sampai di Bogor. Sekalipun hewan itu sudah tidak ada, gw masih agak berjaga-jaga jika ada lagi hewan seperti itu.
Sejak saat itu, kalau gw pergi lagi melewati pintu keluar tol, tempat Jeruk membuang hewan menjijikan itu, gw akan selalu tersenyum mengingat kejadian tadi. Kejadian yang cukup lucu untuk dikenang ketika suasana hati sedang tidak enak., cukup menghibur. Hal itu juga yang membuat gw tersenyum ketika melewati lokasi kejadian.
Hehehehehehehehehehehehehehehehehe………………;-D

Bersukacitalah dengan Benar


Hari minggu ini tema khotbah digereja agak menggelitik hati saya. Sebenarnya sederhana saja, bersukacita dalam segala hal dalam Tuhan. Tapi yang membuat saya tergelitik adalah isi khotbah yang disampaikan oleh seorang pendeta tadi. Beliau berkata bahwa orangtua sebaiknya tidak perlu menceritakan keburukan dari ayah, kakek-nenek, om-tante, atau siapapun yang menjadi saudara si anak. Hal itu dapat membuat si anak tidak sukacita bila bertemu dengan mereka. Yang terlintas dalam pikiran saya saat itu adalah bagaimana bila orang yang disebut saudara itu tidak memiliki kebaikan yang bisa diceritakan oleh orangtua? Apakah lantas si anak tidak perlu mengetahui latar belakang “saudaranya”? Bagaimana caranya? Apakah si anak harus mencari tahu sendiri? Entahlah, saya sendiri agak bingung tentang hal tersebut.

Beliau juga menceritakan ketika istrinya sakit, ia harus merawat ketujuh anaknya yang masih kecil sambil membereskan rumah dan memasak. Suatu ketika, ia memasak sambil menggendong salah seorang anaknya. Saat ia sedang menggoreng ikan di dapur, ia mendengar anaknya yang lain menangis di luar rumah. bergegaslah ia keluar untuk melihat sang anak. Sepeninggalannya, ikan yang telah digoreng pun dimakan oleh kucing. Sewaktu ia kembali ke dapur, dilihatnya kucing sedang memakan ikan yang baru saja digorengnya. Dengan sekuat tenaga, beliau mengambil sodet penggorengan dan memukul si kucing nakal. Ternyata pukulan tidak kena, si kucing sempat menghindar dan lari. Namun, sodet penggorengan tersebut patah dan menumpahkan wajan berisi minyak ke lantai. Bukannya menggoreng ikan, malah harus membereskan dapur yang berantakan. Sambil membersihkan dapur, beliau sedih sampai menangis.

Saat menangis, beliau berpikir ternyata pekerjaan seorang istri, seorang ibu, itu berat. Sekalipun kalau dilihat, itu adalah pekerjaan yang mudah dan sederhana. Sampai-sampai ia berpikir  untuk memberikan sukacita pada istrinya. Ketika sang istri sudah sembuh, beliau mencoba untuk bangun jam 4 pagi (karena istrinya selalu bangun jam 4 sampai sekarang) untuk membuatkan kopi baginya dan istrinya, serta memasak air hangat untuk mandi ketujuh anaknya. Sang istri yang melihat hal tersebut sangat senang dan mengucapkan terimakasih pada pendeta itu.

Semakin saya dengarkan khotbah pendeta itu, saya jadi berpikiran kalau sukacita itu akan hadir ketika kita saling memahami, kita mampu memposisikan diri pada orang. Misalnya, istri akan memberikan sukacita pada suaminya ketika ia dapat merasakan bagaimana lelahnya bekerja dari pagi hingga malam atau suami akan memberikan sukacita pada istrinya apabila ia memahami rasanya kelelahan berjuang membersihkan rumah sambil merawat anak-anak.

Sama memahaminya antara mertua dan menantu. Bukanlah hal yang aneh dalam suatu rumah tangga untuk saling bekerja sama dan meminta pertolongan. Suami minta pertolongan istri dan istri meminta pertolongan suami. Mertua yang bijak dan penuh sukacita, bukanlah mertua yang membiarkan anaknya bersantai-santai dan pasangannya beberes rumah sendirian. Misalnya, mertua marah pada menantu perempuannya karena meminta tolong bantu bersihkan rumah, sampai-sampai sang mertua mengatakan bahwa menantunya adalah menantu yang tidak benar. Apakah anak perempuannya sudah benar menjadi anak perempuan? Apakah anak perempuannya sudah benar ketika menjadi menantu? Jangan-jangan lebih parah dari menantunya.

Dalam keluarga, terutama saudara kakak-adik, akan timbul iri atau tidak senang dengan saudaranya yang lain ketika orangtua mulai lebih menyayangi 1 anak daripada yang lain. hal ini membuat tidak adanya sukacita dalam hubungan kakak-adik, bahkan tidak menutup kemungkinan, ketidaksukacitaan dalam hunungan orangtua dan anaknya. Maka, ketika menjadi orangtua, terutama dengan berkat anak yang banyak, harus bisa menyayangi semua anak-anaknya, bukan lebih di satu anak.

Isi khotbah yang menarik buat saya, mungkin karena pendeta ini telah berpengalaman berkhotbah di banyak tempat dan usia beliau yang tidak muda lagi, membuat isi khotbah bisa berkembang luas. Saya tidak menyangka dengan tema “Bersukacita di dalam Tuhan”, beliau bisa memasukannya melalui pengalaman dan contoh kesharian seperti itu.

Khotbah yang menarik, semoga bukan hanya ‘kemenarikan’ yang membuat para jemaat tertawa sepanjang khotbah, tetapi biarlah maksud dari firman Tuhan hari ini bisa masuk, tertanam, dan selalu diingat oleh semua jemaat. Amin.