Dalam setiap
detik di hidup seharusnya kita bisa belajar, belajar mengenai makna kehidupan.
Nggak cukup hanya belajar, tapi kita dituntut untuk melanjutkannya hingga
bersyukur, setidaknya bersyukur tentang apapun yang telah dilewati dan bersyukur
pernah ada di saat itu. Topik kali ini
agak berat, padahal saya baru saja memulai kembali tulisan ini. Mungkin karena
beberapa hal yang cukup mengejutkan terjadi, terutama dalam waktu ini,
khususnya untuk saya dan Roy .
Hampir
4 minggu yang lalu, kami kehilangan salah seorang sahabat luar biasa.
Kehilangan tiba-tiba yang cukup mengejutkan buat kami. Kejadian yang sebenarnya
nggak pernah sama sekali kami bayangkan akan terjadi pada orang-orang terdekat
kami. Sekalipun sudah berlalu hampir 4 minggu, tepatnya ini hari ke-26, tapi bayangan kejadian itu masih ada
hingga saat ini di kepala saya, setiap detailnya masih terekam jelas di ingatan
saya, pasti juga di ingatan Roy & teman-teman almarhum. Setiap tetesan air
mata yang tumpah, saya juga masih ingat jelas, sangat jelas bahkan. Setiap
proses, setiap waktu yang kami berdua lewati, mulai dari lokasi kejadian hingga
di rumah sakit, semuanya belum bisa berlalu. Kesedihan masih betah berlama-lama
dalam pikiran kami, mulai berkurang, tapi tetap ada di pojok sana .
Beberapa
saat saya tersadar, keadaan ini harusnya bisa memberikan saya pelajaran
mengenai kehidupan. Saya belajar untuk melakukan apapun dengan hati-hati, agar
tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Dari kehati-hatian itu saya
semakin mempelajari keberhargaan diri masing-masing orang di mata semua orang dalam
lingkungannya, mulai dari lingkaran terdekat hingga lingkar kehidupan
terjauhnya, betapa setiap orang punya nilai tersendiri di mata masing-masing
kerabatnya. Lewat keberhargaan itulah saya belajar untuk berusaha selalu
menyenangkan dan jujur pada orang lain.
Tapi,
pelajaran terutama adalah semua hal yang Tuhan ijinkan terjadi itu yang
terbaik, terlepas itu dinilai buruk oleh manusia. Sebagai manusia, kita hanya
bisa mengimani hal tersebut, percaya kalau Dia itu baik, apapun yang telah kita
alami. Ketika iman sudah ada, kesabaran, ketabahan, dan semua yang berguna
untuk menguatkan kita, akan hadir secara ajaib dariNya. Iman yang kuat,
hadirnya kesabaran & ketabahan membuat manusia semakin kuat menghadapi
semua yang dialaminya, belajar dari apa yang telah terjadi, dan bersyukur
pernah mengalami hal tersebut.
Saat
ini saya ada di fase bersyukur. Bersyukur karena saya diberikan waktu oleh Dia
untuk kenal dengan almarhum, sekalipun hanya sesaat. Saya juga bersyukur kalau
beliau bersaudara, saya lebih suka menyebut mereka bersaudara dibandingkan
bersahabat, dengan Roy ,
karena hubungan mereka yang terlalu indah, saling melengkapi saat susah maupun
senang. Bersyukur, kalau kami boleh membantu keluarga dengan menemani beliau
hingga rumah sakit, sekalipun kami tidak bisa mengantarkan beliau hingga tempat
istirahatnya. Bersyukur, melalui kejadian ini saya bisa ikut merasakan hubungan
persaudaraan yang lebih hangat dibandingkan hubungan darah. Bersyukur, saya
bisa semakin menyadari perbedaan antara kehidupan dan kematian hanya sebatas
helaian rambut, semakin diajarkan untuk selalu bersyukur atas apapun.
Menulis,
adalah sebuah terapi untuk saya, terapi menghadapi kehidupan. Tulisan ini
adalah hasil terapi kesedihan, sekaligus mengingatkan saya lagi tentang
pelajaran kehidupan dan pentingnya bersyukur, padahal sedang bersedih.
Sahabat,
kita memang masih bersedih, biar rasa sedih itu ada di sana untuk terus
mengingatkan kita berada di bumi, tapi tetaplah mengangkasa di udara bersama
senyum dan tawa ketika kita mengingat setiap momen bahagia bersama sang
sahabat, yang juga pasti tersenyum dari atas sana.
Love
you all, friends….