Kamis, 30 Mei 2013

Belajar & Bersyukur, Padahal Bersedih

           Dalam setiap detik di hidup seharusnya kita bisa belajar, belajar mengenai makna kehidupan. Nggak cukup hanya belajar, tapi kita dituntut untuk melanjutkannya hingga bersyukur, setidaknya bersyukur tentang apapun yang telah dilewati dan bersyukur pernah ada di saat itu.  Topik kali ini agak berat, padahal saya baru saja memulai kembali tulisan ini. Mungkin karena beberapa hal yang cukup mengejutkan terjadi, terutama dalam waktu ini, khususnya untuk saya dan Roy.

Hampir 4 minggu yang lalu, kami kehilangan salah seorang sahabat luar biasa. Kehilangan tiba-tiba yang cukup mengejutkan buat kami. Kejadian yang sebenarnya nggak pernah sama sekali kami bayangkan akan terjadi pada orang-orang terdekat kami. Sekalipun sudah berlalu hampir 4 minggu, tepatnya ini hari ke-26, tapi bayangan kejadian itu masih ada hingga saat ini di kepala saya, setiap detailnya masih terekam jelas di ingatan saya, pasti juga di ingatan Roy & teman-teman almarhum. Setiap tetesan air mata yang tumpah, saya juga masih ingat jelas, sangat jelas bahkan. Setiap proses, setiap waktu yang kami berdua lewati, mulai dari lokasi kejadian hingga di rumah sakit, semuanya belum bisa berlalu. Kesedihan masih betah berlama-lama dalam pikiran kami, mulai berkurang, tapi tetap ada di pojok sana.

Beberapa saat saya tersadar, keadaan ini harusnya bisa memberikan saya pelajaran mengenai kehidupan. Saya belajar untuk melakukan apapun dengan hati-hati, agar tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Dari kehati-hatian itu saya semakin mempelajari keberhargaan diri masing-masing orang di mata semua orang dalam lingkungannya, mulai dari lingkaran terdekat hingga lingkar kehidupan terjauhnya, betapa setiap orang punya nilai tersendiri di mata masing-masing kerabatnya. Lewat keberhargaan itulah saya belajar untuk berusaha selalu menyenangkan dan jujur pada orang lain.

Tapi, pelajaran terutama adalah semua hal yang Tuhan ijinkan terjadi itu yang terbaik, terlepas itu dinilai buruk oleh manusia. Sebagai manusia, kita hanya bisa mengimani hal tersebut, percaya kalau Dia itu baik, apapun yang telah kita alami. Ketika iman sudah ada, kesabaran, ketabahan, dan semua yang berguna untuk menguatkan kita, akan hadir secara ajaib dariNya. Iman yang kuat, hadirnya kesabaran & ketabahan membuat manusia semakin kuat menghadapi semua yang dialaminya, belajar dari apa yang telah terjadi, dan bersyukur pernah mengalami hal tersebut.

Saat ini saya ada di fase bersyukur. Bersyukur karena saya diberikan waktu oleh Dia untuk kenal dengan almarhum, sekalipun hanya sesaat. Saya juga bersyukur kalau beliau bersaudara, saya lebih suka menyebut mereka bersaudara dibandingkan bersahabat, dengan Roy, karena hubungan mereka yang terlalu indah, saling melengkapi saat susah maupun senang. Bersyukur, kalau kami boleh membantu keluarga dengan menemani beliau hingga rumah sakit, sekalipun kami tidak bisa mengantarkan beliau hingga tempat istirahatnya. Bersyukur, melalui kejadian ini saya bisa ikut merasakan hubungan persaudaraan yang lebih hangat dibandingkan hubungan darah. Bersyukur, saya bisa semakin menyadari perbedaan antara kehidupan dan kematian hanya sebatas helaian rambut, semakin diajarkan untuk selalu bersyukur atas apapun.

Menulis, adalah sebuah terapi untuk saya, terapi menghadapi kehidupan. Tulisan ini adalah hasil terapi kesedihan, sekaligus mengingatkan saya lagi tentang pelajaran kehidupan dan pentingnya bersyukur, padahal sedang bersedih. 

Sahabat, kita memang masih bersedih, biar rasa sedih itu ada di sana untuk terus mengingatkan kita berada di bumi, tapi tetaplah mengangkasa di udara bersama senyum dan tawa ketika kita mengingat setiap momen bahagia bersama sang sahabat, yang juga pasti tersenyum dari atas sana.

Love you all, friends….

Selasa, 02 Oktober 2012

Menunggu


Celingak – celinguk cari bis waktu lagi duduk di halte, bolak – balik liat jam di tangan, terus – terusan pasang kuping buat dengerin nomer antrean dipanggil, bengong di warung sate ayam, sering berantem sama pacar karena belum dilamar, deg – degan di hari sidang skripsi, mungkin, sebagian besar orang pernah mengalami salah satu dari hal tersebut. Betuuull….menunggu! Menunggu bis, menunggu kedatangan seseorang, menunggu panggilan, menunggu pengumuman, menunggu makanan, menunggu pernikahan, dan masih banyak menunggu – menunggu lainnya. Dari kalimatnya, menunggu terdengar seperti kata yang berdekatan dengan hal yang negatf. Kira-kira menunggu itu membosankan atau malah berarti banyak??

Menunggu, menurut sebagian orang bukanlah hal yang menyenangkan. Justru sebaliknya, menunggu adalah suatu hal yang membosankan. Kalau coba kita lihat, menunggu dalam bahasa Indonesia berarti tinggal beberapa saat di suatu tempat dan mengharap sesuatu akan terjadi / datang; tinggal sementara untuk merawat, menjaga, mengharap. (http://kamusbahasaindonesia.org/menunggu#ixzz286du3hrY) Dari arti katanya saja sudah terdengar bahwa menunggu adalah suatu hal yang membosankan. Tapi tunggu dulu, dibalik arti kata menunggu itu ternyata kita dapat belajar banyak hal.
Dari arti kata menunggu itu, ada 4 hal yang menjadi pelajaran bagi kita yaitu, tinggal sementara, menjaga, merawat, dan berharap. Tinggal sementara, kita bisa belajar kalau ketika kita menunggu, bukan berarti kita berhenti untuk selamanya di tempat atau di saat itu, bukan berarti segala sesuatunya sudah selesai atau berakhir. Tapi menunggu berarti kita sedang diijinkan untuk beristirahat sejenak dari kesibukan dan belajar banyak hal untuk mempersiapkan diri kembali melaju menuju garis akhir.
Ketika kita tinggal sementara dalam waktu tertentu tersebut, kita diharapkan dapat menjaga semua hal yang berkaitan dengan tujuan akhir kita. Bukan hanya apa tujuan akhir kita, tapi menjaga pikiran untuk tetap fokus pada garis akhir dan cara agar bisa sampai ke sana, juga menjaga hati untuk selalu menghargai usaha dan hasil yang sudah dilakukan sampai di fase menunggu datang. Kelemahan yang sering terjadi ketika kita menunggu adalah menjaga, baik itu pikiran atau hati. Kita mudah tergoda untuk menyudahi segala usaha yang sudah kita lakukan dan beralih ke jalan yang lain, yang lebih cepat, padahal bukannya tidak mungkin kalau setelah fase menunggu, jalan menuju finish lebih cepat. Kesabaran merupakan faktor yang mempengaruhi.
Setelah bisa tinggal sementara dengan menjaga hati dan pikiran akan tujuan akhir, kita diajak untuk merawat niat, hati, pikiran, dan fisik diri. Hal ini berarti kita membantu diri sendiri agar semakin cepat mencapai garis akhir dari tujuan yang menjadi target. Saat diri sendiri lemah, niat mencapai tujuan sudah tidak ada, hati dan pikiran pun tidak focus pada cara dan tujuan, maka garis finish akan semakin jauh bahkan mungkin pula finish itu tak ada, kita jadi berlari tanpa tujuan. Merawat juga berarti merawat lingkungan sekeliling kita ketika menunggu agar nantinya dapat membantu untuk mencapai garis akhir.
Berhasil dengan ketiga hal sebelumnya, bukan berarti seseorang yang berada dalam kata menunggu berarti sudah pasti sampai di garis akhir. Seandainya menunggu membuatnya bosan bahkan marah, harapan sudah tidak ada lagi di dalamnya, tidak ada berharap di dalamnya, tinggal sementara sambil menjaga dan merawat menjadi sia-sia. Berharap membuat kita bisa bertahan tinggal sementara di suatu tempat sambil menjaga dan merawat niat. Berdoa adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membuat harapan selalu ada dan terus tumbuh dalam diri seseorang yang sedang menunggu. Lagi-lagi, sabar adalah kata yang berperan dalam kata menunggu, termasuk semua faktor di dalamnya.

Woooww……saya tidak menyangka, ternyata kata menunggu begitu dalam maknanya, banyak hal yang dapat dipelajari dari kata tersebut. Meskipun saya termasuk salah satu orang yang cukup menikmati waktu menunggu sambil bengong, tak jarang saya juga mudah kehilangan faktor penting “kesabaran”. Mulai hari ini, saya mengubah pemikiran saya mengenai menunggu. Kata yang satu ini bukanlah suatu kata yang berkaitan dengan membosankan, tapi suatu kata yang membuat seseorang belajar untuk semakin bersabar dalam menghadapi segala sesuatu dalam kehidupan.


Mari kita nikmati saat-saat menunggu dan membuat menunggu menjadi menarik…..

Selasa, 29 Mei 2012

24 April


24 April 2005 adalah hari dimana saya dikatekisasi (sebuah upacara di gereja) dan pada tanggal itu juga saya kembali memiliki pacar. (hehehe….) Seorang laki-laki manis yang sangat baik, sesuai dengan kriteria yang saya inginkan. Kristen, Batak, cerdas, pintar, humoris, putih dan berperut (??!!). Mengenal selama 1 tahun sepanjang katekisasi, saya pikir sudah cukup dan yakin memutuskan menjalin hubungan dengan laki-laki ini. 1 hari sebelumnya, dia mengatakan kalau dia suka pada saya dan mengajak saya untuk “berjalan” bersama. Saya agak bingung menjawab, tapi saya sudah memastikan untuk menjawab “iya”. Setelah saya hitung, keesokan harinya adalah hari yang tepat. Jadilah, tanggal 24 April sebagai tanggal ‘keramat’ bagi kami.
Ada cerita lucu di hari itu, hari dimana dia menyatakan sukanya pada saya. Hari itu kami melakukan gladi resik di gereja untuk acara katekisasi keesokan harinya. Sejak pagi, saya sudah sibuk, karena hari ikut acara paskah sekolah dulu. Siang hari, saya ijin duluan. Sampai di gereja, ternyata sudah ramai. Acara ini dilakukan bersama dengan Bapa Pendeta yang mengajar kami selama 1 tahun. Berbaris, berjalan masuk ke dalam gereja, posisi duduk, mencoba maju ke altar, sampai hal detail seperti berdiri ketika akan paduan suara pun dilatih. Hari sudah sore ketika kami selesai berlatih, acara bebas sebelum latihan paduan suara terakhir di malam hari. Beberapa teman malas untuk pulang, termasuk saya. Kami menunggu di dalam gereja sambil beristirahat.
Saat itu laki-laki, yang saat ini saya panggil Jeruk, juga tidak pulang, padahal rumahnya tergolong dekat dari lokasi gereja. Saya ingat, saat itu saya sedang ngobrol dengan seorang teman yang tiba-tiba pergi. Saya sendiri memilih untuk membaca buku yang saya selalu saya bawa. Sedang membaca, Jeruk duduk di sebelah saya sambil mengajak saya ngobrol. Entah karena panas atau memang saya deg-degan, saya bilang padanya kalau saya ingin es krim, dan kembali membaca. Dia pergi, keluar.
15 menit kemudian, dia datang membawa plastik berisi es krim coklat. Saya terkejut, senang. Sambil makan es krim, kalimat yang saya ingat sampai sekarang “kamu tau ga kalo aku sayang sama kamu?” itu keluar dari mulutnya. Bingung sambil menikmati es krim coklat membuat saya menjawab “nggak” hahahahahahahahahaha……. Setiap saya ingat jawaban itu, saya malu sendiri. Agak terkejut, Jeruk menegaskan kalau dia sayang pada saya dan mengajak pacaran. Saya ingin menjawab “iya” saat itu juga. Tapi pikiran saya bilang, besok saja, dan jawaban yang keluar pun, “aku nggak tau, ga bisa jawab sekarang, besok ato lusa.” Sikapnya tidak berubah, tetap baik dan selalu tersenyum pada saya.
Hingga keesokan harinya, saya menjawab “iya” melalui sms. Keadaan saat itu tidak sesuai dengan scenario yang ada di kepala saya hingga memaksa saya untuk menjawab melalui media SMS. Sore hari ketika acara dilanjutkan di rumah, saya segera menghubungi Jeruk dan menjawab “iya”.

Sekarang, 24 April 2012, 7 tahun setelahnya, kami masih ada, hubungan ini masih ada, cerita-cerita terus ada, bahkan semakin kuat. Waktu berlalu, tapi kami tidak berlalu. Setiap fase berlalu, begitu pula dengan kami, fase dalam hubungan ini pun terus berlalu maju. Tidak mudah mempertahankan kami, ego masing-masing ataupun gangguan dari luar harus dihadapi. Ketika saya lemah, dia yang melindungi saya dan tetap berjalan bersama, menuntun saya dengan tangan kokohnya. Ketika dia mulai putus asa, saya akan semakin kuat menggenggaam tangan sambil berusaha menguatkan dirinya, melalui senyuman dan tangan saya, walau tidak sekuat tangan kokohnya.
Setiap fase dalam hidup sudah kami lewati bersama. SMA, fase di mana fase penuh perjuangan, berjuang untuk lulus sekolah, berjuang untuk masuk universitas impian, berjuang membuktikan kalau hubungan ini bukan penghalang bagi kami, semua lolos terlewati, meskipun tidak selamanya mulus dan sempurna. Kuliah, fase lanjutan, dimana kami harus berjuang untuk pendidikan dan awal dari masa depan kami, secara pribadi maupun bersama. Saat ini kami sedang berusaha untuk siap menghadapi fase selanjutnya, akhir dari bentuk kami saat ini dan awal dari bentuk kami yang lain dengan fase yang lain pula.

Nanti, 24 April 2015, 10 tahun setelahnya, saya berharap kami masih ada dan siap untuk berubah menjadi bentuk yang lain. Saya berharap waktu bisa menyiapkan kami menuju bentuk kami yang baru. Bentuk yang lebih baik, bentuk yang lebih sempurna, bentuk yang patut diperjuangkan, bentuk yang lebih berharga, bentuk mandiri hasil rajutan kami. Semoga kami masih ada saat waktu itu datang. Semoga…semoga…semoga…

BELAJAR ITU MAHAL


           Waktu baca judul tulisan ini, pasti ada orang yang bilang itu bener, tapi ada juga yg bilang, “ah, nggak juga”, bahkan ada yg bilang, “itu sih tergantung dia belajar apa dan dimana”. Semuanya bener koq, nggak ada yg salah. Dalam tulisan saya kali ini, saya hanya ingin menceritakan bahwa untuk belajar sesuatu ada harga yang harus dibayar. Harga secara materi maupun non-materi. Lewat beberapa cerita dan pengalaman yang pernah terjadi, saya ingin berbagi, ada pelajaran yang kita nilai sepele tapi harus dibayar mahal, namun ada pula pelajaran penting yang tidak perlu mengeluarkan materi apapun untuk mendapatkannya.
           
            Seorang sahabat bercerita pada saya bahwa ia kehilangan sejumlah besar uang gajinya karena hal sepele, ragu-ragu. Sistem penggajian di kantornya masih menerapkan sistem manual, yaitu bos memberikan gaji secara cash pada setiap karyawannya. Alhasil setiap bulan, ia harus menyetorkan uang itu ke tabungan. Sewaktu mau berangkat, dia sudah ragu tetap memakai celana pendek rumah, ingin ganti celana beresleting, katanya. Hanya saja dia tetap berangkat tanpa mengganti celana. Sarapan di mie ayam baru dilanjut ke bank untuk setoran. Bukan uang gajian yg didapet, kantong celananya sudah kosong, uang sudah tidak ada, gaji 1 bulan pun hilang. Dicari lagi mulai dari rumah, tukang mie ayam, kembali ke bank, tetap tidak ada. Akhirnya, sang sahabat hanya bisa ikhlas melepas gaji 1 bulannya itu.

            Di lain hari, seorang sahabat bercerita tentang kelalaian seorang rekan kantornya ketika bekerja. Dalam pengerjaan pajak, salah meminta print pada teknisi yg bertugas. Alhasil, ia harus membayar biaya pemanggilan dan pengeprintan form pajak tersebut. Hal itu terjadi karena tidak teliti. Di lain waktu seorang sahabat juga mengalami kerusakan cukup parah pada kendaraannya karena menurutin permintaan sang pacar untuk pergi. Ada pula teman yang harus dimarahi oleh atasannya karena tidak melakukan koordinasi dengan bagian lain dalam menangani suatu masalah.

            Melalui berbagai hal kita bisa belajar, bukan hanya di sekolah, di kampus, ataupun di tempat kursus saja. Pelajaran hidup, bisa diperoleh dimana saja. Pengorbanan untuk belajar bervariasi, ada yang gratis sampai harus kehilangan materi bahkan orang yang tersayang. Setiap hal yang terjadi dalam kehidupan adalah pelajaran, kembali pada masing-masing orang dalam menyikapinya, apakah mereka bisa mengambil pelajarannya atau hanya berlalu begitu saja.

            Seperti sahabat saya yang kehilangan sebulan gajinya, sejak saat itu dia tidak melakukan sesuatu bila ragu-ragu. Ketika ia ragu, ia akan mengambil jalan aman atau tidak melakukannya sama sekali. Menjadi lebih berhati-hati, tidak menyepelekan keinginan yang muncul pada dirinya. Teman yang lain saat ini pun semakin selektif ketika diajak keluar oleh pacarnya, bahkan semakin berhati-hati dengan apa yang diminta oleh sang pacar.

            Belajar, lagi-lagi, bukanlah hal yang bisa diukur dengan uang. Apa yang diperoleh seseorang dalam semua peristiwa dihidupnya tergantung bagaimana masing-masing orang menyikapinya. Ketika seseorang dapat belajar dari setiap kejadian dalam hidupnya, maka ia akan semakin bijak dalam menghadapi kehidupan. Sekali lagi, teman, belajar itu mahal harganya, secara materi maupun non-materi.

Selamat belajar…

Selasa, 08 Mei 2012

Tepuk Kaki


         Pernah ga sih kalian digangguin sama pacar sendiri?!! Digangguin sama cowok yang selama ini disangka orang yang serius, dewasa, dan sangat berwibawa!!! Cowok itu tiba-tiba berubah jadi kayak anak kecil yang lagi main-main sama temennya. Senggol temennya terus lari, senggol lagi, lari lagi, gitu terus sampai akhirnya kejar-kejaran gara-gara kesel, bahkan melakukan gerakan aneh yang cukup kekanakan, hehehehehehe... Lucu sih ngebayanginnya, tapi ini kenyataan koq, gw ngalamin ini sekitar 1 bulan yang lalu. Waktu itu gw sama jeruk pergi jalan yang niatannya ambil bedcover di laundryan deket kampus gw. Jauh sih sebenernya dari rumahnya buat ngelaundry bed cover doang ke deket kampus gw, tapi berhubung harganya lebih murah, yaaahh...apa boleh buat!!?

            Buat sampai ke tempat laundry itu, kita harus jalan sebentar, soalnya kita parkir di daerah deket kosan salah satu temen gw. Ambil bed cover trus kita balik lagi ke parkiran mobil. Di jalan, tiba-tiba jeruk mukul kaki gw pake bed cover, trus lari beberapa meter ke depan gw sambil ketawa, gw masih nggak ngeh sama becandaannya, gw diem aja. Perilaku yang sama diulang lagi 2x sama jeruk, dan gw baru ngeh kalo dia ngajak gw becanda!! (hahahahah....telat banget!!!) Akhirnya, buat yang ketiga, abis jeruk mukul kaki gw, gw kejar trus gw cubit pipinya, hehehehehehehe.....puas rasanya!!

            Ga sampe situ doang, malemnya, waktu jeruk anter gw ke rumah, dia melakukan gerakan aneh bin ajaib. Gerakannya lucu banget, apalagi kalo dilakukan sama orang yang badannya kayak jeruk gw, laki-laki berperut, hehehe... gerakannya gini (kalo ada yang mau coba di depan temen-temen atau ceweknya yang lagi ngambek, boleh aja koq, siapa tahu jadi ketawa!) lo lari buat ambil ancang-ancang, kalo dah siap, lo lompat setinggi yang lo bisa, terus telapak kakinya lo tempel kayak posisi tepuk tangan, tapi yang ini pake telapak kaki. Akhirnya, kembali ke posisi semula. Gerakan itu dikasi nama gerakan tepuk kaki sama jeruk.

            Gw ga tahu kalo jeruk mau melakukan gerakan itu, gw kaget waktu dia lari dari garasi ke arah teras, lompat beberapa meter di depan gw, terus melakukan gerakan tepuk kakinya itu, dan kembali ke posisi berdiri. Gw bengong beberapa detik sebelum ketawa gw meledak!! Nyokap kaget sampai keluar rumah dan nemuin gw yang lagi jongkok-jongkok sambil ketawa geli. (tapi langsung masuk lagi, tanpa nanya apapun, cuma senyum bingung). Jeruk ketawa sambil ngejelasin gerakan itu punya nama, namanya gerakan tepuk kaki.

            Gila, itu gerakan aneh banget dan sukses besar buat gw ketawa ga berenti-berenti selama 10 menit, bahkan tiap kali jeruk mengulang gerakan itu di depan gw, tiap kali itu juga gw akan ketawa geli (meskipun udah ga 10 menit). Gw sarankan buat temen-temen, khususnya cowok, kalo temen, gebetan, cewek, atau bahkan nyokap lo lagi marah, ngambek, kesel, sebel, dan saudaranya yang lain, coba deh lakukan gerakan tepuk kaki itu, besar kemungkinan mereka bakalan ketawa trus hilang deh semua kesel, marah, dan emosi negatifnya (tapi kalo tambah marah, gw nggak ikutan!).

            Setelah berhenti ketawa, gw mikir beberapa kejadian hari itu sama jeruk. Gw menemukan bahwa cowok masih punya sisi kekanakan dalam dirinya, sekecil apapun itu pasti ada, dan suatu waktu akan keluar tanpa mereka sengaja. Selama ini gw nilai jeruk gw adalah orang yang sangat serius dalam segala hal, karena mukanya pun cukup jarang senyum kalau ada di lingkungan umum, bahkan terlihat galak (kadang waktu sama gw juga sih, tapi gw paksa buat senyum). Jeruk cowok yang bijaksana, penuh perhitungan setiap melakukan sesuatu, ngomongnya jago (two tumbs up!!), intinya cowok yang dewasalah, di mata gw. Ternyata, masih juga punya sisi kekanakan dalam dirinya. Jeruk sendiri pun mengakui sisi kekanakan itu sebagai bagian dari dirinya yang terpendam.

            Coba deh, kalian perhatiin beberapa teman cowok ataupun pacar-pacar kalian, siapa tahu kalian bisa menemukan hal lain atau bahkan gerakan aneh lain yang belum pernah mereka munculkan selama ini.

Selamat tertawa, teman-teman!!!!

Makanan-makanan Ajaib


Pernah bayangin makan kepala ikan yang sudah dikubur dalam tanah selama 2 minggu ga? Apalagi yang dimakan matanya?! Atau makan daging singa laut rebus yang dibiarin gitu aja di bawah sebuah rumah panggung selama 2 bulan?? Ya ampuuunn....menjijikan ya bayanginnya???!!! Tapi itu kenyataan lho, ada orang2 yang sangat berselera makan makanan itu di belahan bumi sebelah sana, bahkan katanya, mereka tertarik makan makanan itu karena aromanya (?!??).

            Beberapa waktu yang lalu, gw nonton sebuah acara di tv, judulnya 1001 dunia. Gw baru banget sama acara ini, penasaran, akhirnya gw tonton. Di scene pertama, acara ini cerita ada seorang bapak di India yang pengen banget buka rumah makan masakan India, tapi dia ga mau menyia2kan bagian dari badan seekor kambing, akhirnya, dia memasak semua bagian kambing, mulai dari mata (???!!) sampai alat kelaminnya. Ada 5 orang yang menjadi responden untuk mencicipi masakannya. Mereka bilang masakannya enak, sampai ada orang yang muntah ketika makan sesuatu, yang dia ga tahu kalo itu mata, keras dan air muncrat dari dalamnya. Waktu nonton, gw mulai jijik, tapi penasaran sama acara ini, kayaknya ini acara yang memfokuskan pada hal2 yang ekstrem tapi menarik dan nyata.

            Di scene kedua, ada seorang wanita di Alaska yang berjualan ikan salmon bersama suaminya. Ikan salmon itu ditangkap sendiri, kemudian dijual, kecuali bagian kepala dan telurnya. Kepala salmon itu dibersihakan, lalu di kubur dalam tanah bersama dengan telurnya. Wanita ini mengatakan, cara menguburkannya jangan terlalu padat, harus tetap ada udara yang masuk, ia juga menambahkan rumput2 di dalamnya. Setelah 2 minggu, kepala ikan salmon itu dikeluarkan dan dicuci bersih. Hanya dicuci bersih, ga dimasak lagi!!! Dengan santainya, wanita tersebut mencongkel mata ikan salmon, kemudian memakannya dengan ekspresi yang menggambarkan kalau itu makanan yang sangat enak.

            Pada scene yang sama juga diceritakan seorang nenek yang juga tinggal di Alaska suka makan daging anjing laut rebus. Entah dari mana sang nenek mendapatkan daging anjing laut yang sudah mati, jangan bayangkan hanya seonggok daging tapi benar2 anjing laut yang sudah mati, belum dikuliti, ada kukunya, dan masih ada kumisnya. Dibiarkan di bagian bawah rumahnya yang seperti rumah panggung selama 2 bulan. Sang nenek harus memasaknya di luar rumah, soalnya daging ini sangat bau. Daging itu dicuci bersih, sebab ada belatung yang mulai muncul dan bersarang di sana, dikuliti, dibuang kukunya, dan dipotong2, baru kemudian direbus hingga matang. Sang nenek tidak makan sendiri, ia mengajak anak dan cucunya untuk makan bersama.

            Waktu gw nonton acara ini, gw jadi inget pernah juga nonoton acara yang mirip tapi khusus sama kebudayaan Cina. Kalo ga salah, orang Cina juga punya makanan yang agak ajaib, namanya telur pitan. Gw ga tahu sih rasanya kayak apa, tapi katanya (lagi) telur itu udah dibusukkan dengan caranya mereka. Gw liat, telurnya warna hitam, agak aneh sih?! Tapi berhubung gw ga pernah makan tuh telur, jadi gw ga tahu rasanya kayak apa. Dari beberapa situs yang gw baca, telur pitan itu dari telur bebek yang diawetkan dalam lime yang mengeras ditambah garam atau ramuan tradisional, pokoknya diusahakan telur berada dalam kondisi basa (pH > 7). Inilah yang membuat telur jadi berwarna hitam agak transparan pada putih telurnya dan bagian kuning telur agak mengeras. (http://www.wihara.com/forum/showthread.php?t=822&page=5)

            Setelah gw pikir2, ga cuma orang luar aja koq yang punya makanan ajaib, orang Indonesia juga punya beberapa makanan yang cukup ajaib. Misalnya rujak cingur, sayuran yang mirip gado2 campur rujak buah, ada tempe dan tahunya juga, tapi ditambah cingur (tulang rawan bagian hidung atau bibir bagian atas sapi) dan bumbunya warna hitam, dibuat dari petis. Menurut gw rasanya enak, tapi kata jeruk bentuknya aneh, warna hitam dan bagian congornya itu yang bikin dia geli buat makan. Mungkin orang2 yang kenal, akan suka, tapi coba orang bule yang disuruh makan, mereka mungkin harus berpikir 2 kali buat mau makan. (www.id.wikipedia.org)

            Ada juga telur asin, telur bebek yang dibungkus dengan abu gosok atau serpihan bata merah plus garam, dipendam dalam guci tanah selama 7-10 hari, dicuci bersih lalu dimakan atau diolah untuk masakan lain. (http://www.indoforum.org/showthread.php?t=34666) Ini mirip dengan telur pitan yang dari Cina itu, sebab sama-sama menggunakan telur bebek. Setiap orang punya pendapatnya masing-masing tentang telur asin, gw suka telur asin yang rasa asinnya nggak terlalu medok (papa pernah bawa dari Tegal). Tapi gw ga tahan sama bau amisnya yang “astaga naga”. Makan pakai sendok, sendoknya bisa ikutan bau amis juga. Sedangkan mama-papa, cukup doyan dengan makanan yang satu ini, apalagi kalau makannya dengan sambel dan ikan asin, katanya.

            Berhubung gw orang Batak, gw cukup tahu beberapa jenis masakan tradisionalnya, salah satunya adalah nani ura, ikan yang ga dimasak, hanya dibalurin perasan air jeruk nipis terus makannya pakai sambel. Menurut gw makanan ini agak mengerikan, soalnya daging ikannya masih kenyal2 agak keras. Kata mama, masakan ini tergantung sama perasan air jeruk itu, soalnya gara2 perasan jeruk itulah makanya ikannya matang. Gw pernah makan masakan ini 1 kali, cukup enak menurut gw, mirip2 sushi gitu, tapi masakan ini rasanya lebih spicy, karena ada asem dari perasan air jeruk, asin dari garam yang terasa banget disetiap masakan batak yang pernah gw makan, sama pedes ga nahan dari sambel andaliman sebagai pelengkapnya.

            Masih ada makanan atau masakan aneh lain lagi ga yang kalian tahu??

Tuhan Senang Bermain Hujan (tulisan yang hampir terlupakan)


Bermain hujan bukan hanya kesenangan anak-anak saja, tapi Tuhan juga senang bermain hujan. Hari rabu yang lalu, gw, Lala, sama Jane memutuskan makan siang di kancil, berhubung gw pengen makan soto kanlam, gw ngalah buat minta anterin sotonya ke kancil. Keadaan langit memang sudah gelap tertutup beberapa awan hitam. Sambil menunggu makanannya Lala, kita bertiga ngobrol kuliah hari itu. Tiba-tiba hujan turun dengan deras selama beberapa menit kemudian berhenti, dan berubah menjadi gerimis kecil. Ketika makanan Lala datang, hujan kembali menderas tiba-tiba, berhenti, lalu gerimis lagi. Hujan deras tiba-tiba, berhenti, dan berganti gerimis, keadaan itu beberapa kali terjadi bergantian. Seselesainya kami makan, keadaan langit berubah menjadi gerimis kecil kembali.

Selama makan, gw berpikir kenapa hujannya bisa kayak gitu ya?? Berubah-ubah secara tiba-tiba. Karena sulit menemukan jawaban yang kira-kia pas, gw berpikiran bahwa Tuhan memang sedang iseng bermain-main dengan awan dan hujan, hehehehe.. khayalan yang aneh!! Tapi itu kan mungkin aja, sebab memang Tuhan yang mengatur semuanya, bukan?! Jadi, Dia bisa saja mengatur hujan deras, gerimis, berhenti, kembali gerimis, dst, secara tiba-tiba.

Belajar dari hal itu, gw berkesimpulan bahwa Tuhan berkuasa akan segala hal dengan luar biasa dan Dia juga menggunakan semua ciptaanNya sesuai dengan kehendakNya. Semua yang terjadi dalam hidup gw, hidup kita semua, bukan karena kita yang kuat, bukan karena kita yang hebat, tapi karena Tuhan berkenan atas semua yang terjadi pada kita. Hujan yang sederhana saja perlu teknologi canggih dan waktu untuk menemukan cara membuatnya, Tuhan bisa menggerakkannya dalam hitungan detik, apalagi kehidupan manusia, suatu hal yang sangat besar dan luar biasa sudah Tuhan tuliskan dengan sangat rapi dan sempurna.


Mulai sekarang, mari, teman-teman, kita lebih bersyukur sama Tuhan atas segala hal yang sudah Tuhan tuliskan dalam kehidupan kita.
Selamat bersyukur, teman-teman!!!