24
April 2005 adalah hari dimana saya dikatekisasi (sebuah upacara di gereja) dan
pada tanggal itu juga saya kembali memiliki pacar. (hehehe….) Seorang laki-laki
manis yang sangat baik, sesuai dengan kriteria yang saya inginkan. Kristen,
Batak, cerdas, pintar, humoris, putih dan berperut (??!!). Mengenal selama 1
tahun sepanjang katekisasi, saya pikir sudah cukup dan yakin memutuskan
menjalin hubungan dengan laki-laki ini. 1 hari sebelumnya, dia mengatakan kalau
dia suka pada saya dan mengajak saya untuk “berjalan” bersama. Saya agak
bingung menjawab, tapi saya sudah memastikan untuk menjawab “iya”. Setelah saya
hitung, keesokan harinya adalah hari yang tepat. Jadilah, tanggal 24 April
sebagai tanggal ‘keramat’ bagi kami.
Saat
itu laki-laki, yang saat ini saya panggil Jeruk, juga tidak pulang, padahal
rumahnya tergolong dekat dari lokasi gereja. Saya ingat, saat itu saya sedang
ngobrol dengan seorang teman yang tiba-tiba pergi. Saya sendiri memilih untuk
membaca buku yang saya selalu saya bawa. Sedang membaca, Jeruk duduk di sebelah
saya sambil mengajak saya ngobrol. Entah karena panas atau memang saya
deg-degan, saya bilang padanya kalau saya ingin es krim, dan kembali membaca.
Dia pergi, keluar.
15
menit kemudian, dia datang membawa plastik berisi es krim coklat. Saya terkejut,
senang. Sambil makan es krim, kalimat yang saya ingat sampai sekarang “kamu tau
ga kalo aku sayang sama kamu?” itu keluar dari mulutnya. Bingung sambil
menikmati es krim coklat membuat saya menjawab “nggak” hahahahahahahahahaha……. Setiap saya ingat jawaban itu, saya malu sendiri. Agak
terkejut, Jeruk menegaskan kalau dia sayang pada saya dan mengajak pacaran.
Saya ingin menjawab “iya” saat itu juga. Tapi pikiran saya bilang, besok saja,
dan jawaban yang keluar pun, “aku nggak tau, ga bisa jawab sekarang, besok ato
lusa.” Sikapnya tidak berubah, tetap baik dan selalu tersenyum pada saya.
Hingga
keesokan harinya, saya menjawab “iya” melalui sms. Keadaan saat itu tidak
sesuai dengan scenario yang ada di kepala saya hingga memaksa saya untuk
menjawab melalui media SMS. Sore hari ketika acara dilanjutkan di rumah, saya
segera menghubungi Jeruk dan menjawab “iya”.
Sekarang,
24 April 2012, 7 tahun setelahnya, kami masih ada, hubungan ini masih ada,
cerita-cerita terus ada, bahkan semakin kuat. Waktu berlalu, tapi kami tidak
berlalu. Setiap fase berlalu, begitu pula dengan kami, fase dalam hubungan ini
pun terus berlalu maju. Tidak mudah mempertahankan kami, ego masing-masing
ataupun gangguan dari luar harus dihadapi. Ketika saya lemah, dia yang
melindungi saya dan tetap berjalan bersama, menuntun saya dengan tangan
kokohnya. Ketika dia mulai putus asa, saya akan semakin kuat menggenggaam
tangan sambil berusaha menguatkan dirinya, melalui senyuman dan tangan saya,
walau tidak sekuat tangan kokohnya.
Setiap
fase dalam hidup sudah kami lewati bersama. SMA, fase di mana fase penuh
perjuangan, berjuang untuk lulus sekolah, berjuang untuk masuk universitas
impian, berjuang membuktikan kalau hubungan ini bukan penghalang bagi kami,
semua lolos terlewati, meskipun tidak selamanya mulus dan sempurna. Kuliah,
fase lanjutan, dimana kami harus berjuang untuk pendidikan dan awal dari masa
depan kami, secara pribadi maupun bersama. Saat ini kami sedang berusaha untuk
siap menghadapi fase selanjutnya, akhir dari bentuk kami saat ini dan awal dari
bentuk kami yang lain dengan fase yang lain pula.
Nanti,
24 April 2015, 10 tahun setelahnya, saya berharap kami masih ada dan siap untuk
berubah menjadi bentuk yang lain. Saya berharap waktu bisa menyiapkan kami
menuju bentuk kami yang baru. Bentuk yang lebih baik, bentuk yang lebih
sempurna, bentuk yang patut diperjuangkan, bentuk yang lebih berharga, bentuk
mandiri hasil rajutan kami. Semoga kami masih ada saat waktu itu datang.
Semoga…semoga…semoga…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar